Apa Perbedaan Kurikulum 2013 dengan Kurikulum Merdeka?

Pembelajaran Kurikulum 2013 umumnya hanya fokus pada intrakurikuler atau tatap muka, sedangkan Kurikulum Merdeka menggunakan paduan pembelajaran intrakurikuler (70-80% dari JP) dan kokurikuler (20-30% JP) melalui proyek penguatan Profil Pelajar Pancasila.

Kurikulum 2013: Fokus pada Pembelajaran Intrakurikuler

Kurikulum 2013, yang diperkenalkan pada tahun 2013, menekankan pada pembelajaran intrakurikuler di sekolah-sekolah di Indonesia. Ini berarti bahwa kurikulum ini berorientasi pada mata pelajaran inti seperti Matematika, Bahasa Inggris, Sains, dan lain-lain. Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 biasanya dilakukan melalui metode tatap muka di kelas, dengan guru sebagai pengajar utama.

Meskipun Kurikulum 2013 telah mengalami beberapa penyesuaian sejak diperkenalkan, fokusnya tetap pada pembelajaran intrakurikuler. Hal ini memungkinkan siswa untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai mata pelajaran yang dianggap penting dalam konteks akademik.

Meskipun ada manfaat yang signifikan dalam pendekatan ini, beberapa kritikus menganggap bahwa Kurikulum 2013 terlalu terfokus pada pengajaran dalam kelas dan kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan kemampuan praktis yang diperlukan di dunia nyata.

Kurikulum Merdeka: Pendekatan yang Lebih Holistik

Di sisi lain, Kurikulum Merdeka adalah pendekatan baru dalam pembelajaran di Indonesia yang memadukan pembelajaran intrakurikuler dan kokurikuler. Dalam Kurikulum Merdeka, siswa diberikan kesempatan untuk belajar melalui proyek penguatan Profil Pelajar Pancasila yang mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk akademik, sosial, dan praktis.

Sebagai bagian dari Kurikulum Merdeka, sekitar 70-80% jam pelajaran (JP) tetap didedikasikan untuk pembelajaran intrakurikuler seperti dalam Kurikulum 2013. Namun, 20-30% JP tambahan dialokasikan untuk pembelajaran kokurikuler yang melibatkan kegiatan di luar kelas, seperti kegiatan olahraga, seni, pengabdian masyarakat, dan lain-lain.

Pendekatan holistik Kurikulum Merdeka bertujuan untuk mengembangkan siswa secara menyeluruh, tidak hanya dalam hal pengetahuan akademik, tetapi juga dalam hal keterampilan sosial, kepemimpinan, dan kreativitas. Dengan melibatkan siswa dalam berbagai kegiatan kokurikuler, Kurikulum Merdeka berusaha menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih beragam dan interaktif.

Manfaat Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka menawarkan sejumlah manfaat yang berbeda dari Kurikulum 2013. Pertama, melalui pendekatan kokurikuler, siswa memiliki kesempatan untuk mengembangkan keterampilan non-akademik seperti kolaborasi, komunikasi, kepemimpinan, dan kreativitas. Ini membantu siswa menjadi lebih siap untuk menghadapi tantangan dunia nyata setelah mereka lulus dari sekolah.

Selain itu, dengan mengintegrasikan pembelajaran kokurikuler ke dalam kurikulum, Kurikulum Merdeka juga berusaha untuk memperluas minat dan bakat siswa. Siswa dapat mengeksplorasi berbagai kegiatan di luar kelas yang mungkin tidak mereka temukan dalam pembelajaran intrakurikuler tradisional. Ini dapat membantu mereka menemukan minat baru dan mengembangkan potensi mereka di berbagai bidang.

Kurikulum Merdeka juga bertujuan untuk memperkuat karakter dan nilai-nilai kebangsaan siswa. Melalui proyek penguatan Profil Pelajar Pancasila, siswa diajak untuk mengenal dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Ini membantu membangun generasi muda yang memiliki komitmen terhadap nilai-nilai kebangsaan dan memahami pentingnya persatuan dan keragaman dalam masyarakat.

Dalam kesimpulannya, terdapat perbedaan signifikan antara Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka. Kurikulum 2013 berfokus pada pembelajaran intrakurikuler, sedangkan Kurikulum Merdeka menggabungkan pembelajaran intrakurikuler dan kokurikuler melalui proyek penguatan Profil Pelajar Pancasila.

Kurikulum Merdeka memberikan kesempatan yang lebih luas bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial, kepemimpinan, dan kreativitas melalui kegiatan kokurikuler. Pendekatan holistik ini membantu siswa menjadi lebih siap menghadapi tantangan kehidupan di luar sekolah dan memperkuat karakter serta nilai-nilai kebangsaan mereka.

Dengan memperkenalkan Kurikulum Merdeka, diharapkan pendidikan di Indonesia dapat lebih seimbang antara pembelajaran akademik dan pengembangan keterampilan non-akademik, sehingga menghasilkan generasi muda yang berkualitas dan siap menghadapi masa depan.